Āli ‘Imrān[3] : 133-135

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu, orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri[1]. (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Āli ‘Imrān[3] : 133-135)

Asbabun Nuzul Ayat 135: Ayat ini diturunkan kepada Nabhan at-Tammar Abi Muqbil yang didatangi oleh seorang wanita cantik penjual kurma. Ia kemudian merangkul dan mencium wanita itu. Kemudian, ia menyesali perbuatannya itu lalu mendatangi Nabi saw, dan menceritakan apa yang telah dilakukannya. Maka, turunlah ayat ini.

[1] Yang dimaksud perbuatan keji (fāḥisyah) ialah dosa besar yang akibatnya tidka hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga orang lain, seperti zina dan riba. Mendzalimi diri sendiri ialah melakukan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri, baik besar maupun kecil.

Dari Abu Dzar r.a, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk hingga marahnya hilang. Apabila marahnya masih belum hilang, hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud)

Sifat-sifat orang bertakwa antara lain: 1) Menafkahkan hartanya untuk mencari ridha Allah, baik di waktu lapang maupun sempit; 2) Dapat membendung amarahnya dengan sikap sabarnya padahal ia mampu melampiaskan kemarahannya itu; 3) Memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepadanya; 4) Apabila mengerjakan perbuatan keji langsung teringat Allah, lalu mohon ampunan kepada-Nya atas dosa-dosanya. (QS. Āli ‘Imrān[3] : 134-135)